Rabu, 29 Februari 2012

Egoisme vs Kolektifitas Sepakbola = 10-0

Hari ini boleh jadi adalah hari yang bersejarah bagi sepakbola Indonesia. Kekalahan yang sangat tragis terjadi saat Timnas kalah telak 10-0 dari Bahrain, tim yang pernah kita kalahkan 5 tahun silam di Piala Asia 2007. Tapi seluruh masyarakat Indonesia sudah tau pasti, siapa biang keladi dari kekalahan ini. Siapa lagi kalau bukan PSSI-nya Djohar Arifin Husen. Bukti nyatanya adalah bagaimana bisa PSSI mengirimkan Timnas yang materi pemainnya tidak dikenal masyarakat. Rendi Irawan, Taufiq, Hengky Ardiles, dll yang membela timnas vs bahrain hari ini bukannya pemain yang tidak berkualitas, tapi pengalaman bertanding internasional yang tidak ada, sehingga membuat mereka tidak mampu mengimbangi Bahrain yang bermain sangat bagus dan mengandalkan permainan yang kolektif. Jadilah skor 10-0 !

Kalau mau dirunut kebelakang, pangkal permasalahannya adalah polemik di tubuh PSSI. Kondisi liga yang terbagi dua saat ini dijadikan alasan oleh PSSI untuk tidak mengikutkan BP, M.Ilham, Boaz, dll kedalam timnas. Padahal, pemain-pemain semacam itulah yang dibutuhkan untuk menghadapi pertandingan internasional. Tapi apa mau dikata, egoisme dari para pengurus PSSI itu membuat Timnas seakan berada di titik nadir dalam hal prestasi. Ini jelas sangat mengkhawatirkan, mengingat saat ini Indonesia sedang merintis sepakbola ke arah yang lebih profesional. 

Membicarakan Timnas, saya jadi teringat ketika diadakan Kongres Pemilihan Ketum PSSI, yang pada akhirnya terpilihlah Djohar Arifin. Waktu itu, saya sangat yakin bahwa dibawah kepemimpinan Djohar, PSSI akan lebih baik lagi. Hal ini saya yakini, mengingat waktu jumpa pers atau dalam berbagai wawancara, ide dan semangat Djohar untk membenahi PSSI sangat tinggi. Namun, dalam perkembangannya, ternyata Djohar tidak lebih baik dari para pendahulunya. Bahkan, saya berani mengatakan bahwa Era Djohar masih kalah dari Era Nurdin Halid dari sisi keteraturan organisasi. Bayangkan saja, kompetisi terbagi jadi dua, dan justru yang dijadikan kompetisi legal adalah kompetisi yang tidak jelas asal usul nya (LPI). Ini menjadi suatu bukti yang nyata betapa Djohar Arifin  sangat gampang untuk disetir oleh bos LPI, Arifin Panigoro. Egoisme PSSI juga berdampak pada tidak adanya pembinaan usia dini bagi anak-anak dan remaja. Banyak sekali anak-anak dan remaja yang jago main bola, akan tetapi terhambat progress nya karena tidak adanya kompetisi yang menampung bakat mereka. Jadilah regenerasi kita terhambat, dan jelas, akan semakin sulit untuk berprestasi.

Egoisme PSSI telah mengakibatkan banyak masalah dalam persepakbolaan negara kita. Dibutuhkan suatu kolektifitas dan sinergitas dalam membangun apapun, termasuk persepakbolaan. Satu hal yang saat ini bisa diharapkan adalah Kongres Komite Penyelamat sepakbola Nasional bisa berjalan dengan lancar, bulan Maret depan. Sehingga hasilnya bisa terpilih Ketua Umum PSSI yang lebih berkompeten dan independen. Sudah saatnyalah PSSI lebih mengandalkan kolektifitas , bukan Egosime semata. Salam Olahraga, Salam Sepakbola !!!

Salam Kolektifitas :D

Jumat, 24 Februari 2012

Sejarah Itu Akan Dimulai Hari Ini

       Ali-Alldo

         Hari ini gue mau share sedikit tentang proses rekrutmen Staff BEM FHUI 2012. Dua minggu yang lalu, gue dapet info tentang adanya pembukaan open recruitment Staff BEM FHUI 2012. Dan, langsung aja gue daftar lewat sms dan segera dikirimin email buat pengisian berkas+tugas yang bakalan gue kerjain. Setelah menerima email, tanpa panjang lebar gue langsung isi CV yang tinggal gue pindahin dari dokumen CV pas SKEMA tahun lalu. Gak butuh waktu lama, cuman sekitar 30 menit, CV pun selesai. Nah hari besoknya, pendaftar dikabarin kalau bakalan ada tugas tambahan. Nah, tugas itu disesuaikan dengan pilihan bidang masing-masing.Waktu itu, gue masih bingung, mau daftar bidang Advokasi atau Kajian dan Aksi Strategis (Kastrat). Disatu sisi, gue tertarik banget sm kajian dan aksi-aksi tentang isu nasional yang bersifat politik, dan disisi lain, gue juga tertarik banget buat ngurusin advokasi mahasiswa,khususnya mahasiswa FHUI. Tapi, setelah dengan pertimbangan yang sangat matang, akhirnya gue daftar di Bidang Kastrat sebagai pilihan 1 dan Bidang advokasi sebagai pilihan 2. Setelah fix nentuin bidang, gue harus ngerjain tugas buat bidang kastrat, yaitu 2 (dua) buah essay singkat dengan judul : (1). Analisis Permasalahan Minyak dan Gas dan (2) Konsep Propaganda Kreatif Menurut Perkembangan Mahasiswa Masa Kini. Meskipun sempat tertatih-tatih, nyari bahan sana-sini, dan konsultasi dengan rekan seperjuangan, Ichsan dan Alfath, akhirnya essaypun jadi. Lumayan lah, meskipun masih banyak kekurangan. Abis itu, segera gue kirim CV+Tugas pas H-1 sebelum pendaftara ditutup. Tahap selanjutnya setelah itu, gue harus ngelewatin proses wawancara. Selasa, 21 Februari 2012, sekitar jam 19.30, gue akhirnya dapet giliran wawancara dengan Kadep Kastrat (Bang Rozi) dan Wakadep Kastrat (Mba Oneng) . Hampir satu jam wawancara berlangsung, dan finally selesai juga proses rekrutmennya. Walhasil, setelah wawancara, ya otomatis gue tinggal nunggu pengumuman, apakah gue  lolos sebagai staf atau nggak.
      Hari ini, Jum'at, 24 Februari 2012, BEM FHUI 2012 melalui akun resmi twitternya @BEM_FHUI merilis nama-nama staf yang lolos seleksi. Dan, alhamdulillah, gue termasuk satu dari 12 orang yang lolos sebagai Staf Dep.Kastrat. Senang campur ragu, haha. Senang karena cita-cita gue sejak awal kuliah yang pengen masuk BEM akhirnya terwujud, tapi gue juga ragu karena didepan mata, sudah menunggu banyak issue yang harus segera disikapi, ex: Pemilihan Rektor UI, ataupun #saveUI yang masih saja ngetrend akhir-akhir ini. Tapi, diluar semua itu, gue sadar bahwa tanggung jawab menjadi seorang Pengurus BEM, bukan hanya dari bagaimana nantinya berkontribusi dalam setiap program kerja, tapi juga bagaimana gue bisa memberikan contoh yang baik kepada mahasiswa yang lain :D.... 
       Secara pribadi, satu hal yang pasti, bahwa cita-cita gue untuk terus aktif  berorganisasi akhirnya terwujud. Gue berkomitmen bahwa satu tahun kedepan , gue akan berkontribusi semaksimal mungkin, dan yang pasti bakalan terus belajar untuk menggali dan meningkatkan potensi diri. Peluang dan tantangan sudah ada di depan mata, dan  semuanya akan bergantung pada diri gue sendiri, seberapa besar komitmen dan keikhlasan gue dalam menjalaninya. Semoga gue tetep terus istiqomah dan terus semangat dalam berkontribusi, dan yang pasti Semoga Allah Swt, selalu memberikan barokaj, karunia dan petunjuk-Nya dalam setiap aktifitas yang akan gue lakuin kedepannya. 

-Bismillahirrahmanirrahim, Sejarah Itu Akan Dimulai Hari Ini-

Rabu, 22 Februari 2012

Galau Cita-Cita

Entah kenapa akhir-akhir ini selalu kepikiran, setelah lulus nanti gue mau jadi apa ya? pikiran itu seakan terus membayangi, mengingat memang tidak sampai 5 tahun ke depan gue udah bener-bener terjun ke masyarakat dan  harus nentuin mau kerja apa serta melakukan aktivitas apa. Memang, sejak kecil gue selalu pengen jadi Hakim , entah kenapa profesi Hakim itu membuat gue kesemsem karena kalo lagi sidang pake toga yang warnanya macem-macem, merah, ijo, atau biru. Namun, makin dewasa, cita-cita gue makin kompleks, karena ternyata menjadi Hakim tidak segampang yang gue kira. Butuh kewibawaan yang tinggi dan wawasan yang luas dalam menjalankan profesi ini. Nah muncullah ide di benak gue untuk bercita-cita jadi Anggota DPR. Memang sih, jadi anggota DPR itu 'kasarnya' kita gak butuh pendidikan yang tinggi-tinggi amat. Bayangin aja, banyak kok anggota DPR yang hanya tamatan SMA, bukan perguruan tinggi. Ya, sampai sekarang gue masih tetep pada keyakinan gue kalo suatu saat nanti gue insya Allah bisa jadi Anggota DPR. Cita-cita itu semoga masih tetap eksis di benak dan tujuan gue. amin. Makanya saat ini, buat mewujudkan impian gue itu, gue insya Allah ngambil Program Kekhususan (PK) 5 - Hukum Tata Negara - di FHUI. Alasannya sederhana, biar nanti suatu saat kalo benar-benar cita-cita gue ini terwujud, gue udah tau gimana caranya mengatur negara melalui lembaga legislatif. semoga, semoga, semoga. amin

Konsep Propaganda Kreatif Menurut Pergerakan Mahasiswa Kekinian

          Perkembangan pergerakan mahasiswa saat ini, menurut saya telah berkembang dengan pesat. Kini, pergerakan tidak hanya dilakukan lewat aksi turun ke jalan semata seperti halnya ketika hal itu terjadi pada tahun 1966 ataupun dalam proses reformasi pada tahun 1998. Namun, perkembangan sistem propaganda yang dilakukan oleh kalangan mahasiswa saat ini, telah menunjukkan bahwa pergerakan itu telah berkembang dan lebih dinamis. Perkembangan yang saya maksud disini adalah perkembangan pola pikir mahasiswa yang lebih kreatif dan mengakibatkan pula pada sistem propaganda mahasiswa yang lebih kreatif pula dibandingkan sebelumnya. Sebelumnya, sistem propaganda yang dilakukan oleh para aktivis mahasiswa biasanya hanya melalui orasi ataupun seminar-seminar. Namun, saat ini bisa kita lihat bahwa teknik propaganda tersebut sudah mulai ‘tersaingi’ oleh teknik propaganda kreatif. Perkembangan teknologi dan informasi yang begitu cepat, telah menyebabkan mahasiswa berpikir lebih kreatif untuk menciptakan suatu propaganda, misalnya melalui kegiatan kreatif, gambar, poster, ataupun melalui dunia maya seperti facebook,twitter dan lain-lain. Sebagai contoh, hal yang pernah dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia pada tahun 2011 yang lalu, adalah dengan menyapu halaman gedung KPK dengan harapan KPK mampu menyapu bersih semua tindakan korupsi di Indonesia. Masyarakatpun memberikan apresiasi yang positif terhadap propaganda kreatif mahasiswa UI tersebut. Hal ini telah menunjukkan bahwa teknik propaganda kreatif sudah menjadi tuntutan di masa kini.
            Melihat perkembangan propaganda kreatif tersebut, jelas dibutuhkan suatu konsep yang baik untuk mewujudkan tujuan dari adanya propaganda tersebut. Konsep yang dimaksud adalah bagaimana proses propaganda itu dimulai dengan adanya suatu komitmen yang baik dari pelakunya. Ini jelas merupakan bagian dari niat awal kita untuk melakukan propaganda. Setelah itu kita harus mempersiapkan amunisi yang baik, dalam hal ini berupa berita atau bahan dari propaganda tersebut. Bahan propaganda disini harus meliputi validitas data, pengemasan isu, pengemasan bahasa yang lebih mudah dicerna oleh khalayak ramai, dan juga pengemasan tampilan yang kreatif. Pengemasan tampilan yang kreatif bisa kita konkritkan seperti melalui design gambar yang unik dan eye-catching sehingga menarik perhatian massa. Karena memang, tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini, masyarakat sangat menginginkan adanya suatu konsep propaganada yang lebih memberikan makna kreatifitas di dalamnya daripada hanya dilakukan dengan cara yang biasa. Selanjutnya, satu hal yang sangat penting juga menurut saya adalah bagaimana kita berpikir bahwa proses propaganda itu harus dimulai dari akhir, dimulai dari kita mengetahui sasaran tembak kita seperti apa. Hal ini sangat berpengaruh terhadap bagaimana teknik propaganda kreatif yang bisa kita terapkan nantinya.
                 Intinya, konsep propaganda kreatif mahasiswa di masa kini, adalah bagaimana kita mampu memaksimalkan segala macam media yang ada maupun memaksimalkan perkembangan teknologi informasi. Selain itu, propaganda yang efektif dan efisien itu adalah bagaimana kita mampu menyampaikan pesan kita kepada objek propaganda tersebut, sehingga pada akhirnya bukan kita (orang yang mempropaganda) yang bergerak, namun masyarakatlah yang bergerak atas kesadaran mereka sendiri. Dan hal itu bisa terwujud dengan membangun konsep propaganda dan kesadaran masyarakat melalui kemasan yang cantik dan kreatif tanpa mengurangi substansi daripada propaganda tersebut. Hidup Mahasiswa, Hidup Rakyat Indonesia... !!!