Jumat, 05 April 2013

Berani Menjelaskan Alasan, Bukan Menunggu Angin dan Tiupan

Silahkan para pembaca yang budiman untuk menafsirkan sendiri makna dari judul postingan ini. Malam ini gue cuma mau bilang bahwa gue terkesima akan "sesuatu". Sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Sesuatu yang mungkin entah suatu kebetulan atau bagaimana gue menemukannya. Sesuatu yang membuat gue harus berpikir lebih serius lagi, berpikir lebih jernih lagi. Semoga Allah Merahmati dan Memberkahi....

Jumat, 29 Maret 2013

Sebuah Kisah


Sebuah kisah
Ketika aku sedang bermimpi
meranah daratan,jelajahi puncak dunia
membelah lautan,mengarungi samudera
sebuah mimpi
yang kuhantarkan saat ini
bagi ku, dan  bagi angkatanku

Sebuah kisah
Yang terjadi begitu rupa
oleh angan yang selama ini ku cari
Cinta
tentang arti dan keindahannya

. . .

Malam yang indah
Saat anganku berlabuh disebuah pantai
mengusap keringat sehabis perjalanan yang melelahkan
Malam yang indah
saat aku memandang lautan
mencari kebahagiaan yang selama ini aku cari


Aku berbaring,
Aku coba menikmati saat saat ini
Seperti sesuatu yang sangat indah
Dan tidak ingin kulepaskan hingga mimpi ini berakhir.

Hembusan angin malam
Hamparan pasir
Sapaan lembut sang purnama
Lambaian tumbuhan pesisir
Kicau burung
Deru ombak
Awan putih
Langit biru

Ini cinta yang sesungguhnya
Cinta itu menceritakan sesuatu
Cinta itu membuat kita merasakannya
Cinta itu sebuah harmoni
Cinta itu perpaduan keindahan

FHUI 2011
Ini bukan puisi jalanan
Bukan pula sebatas bacaan penghantar
Hanya sepenggal cerita bebaju harapan
sedikit sentilan berbalut syair

Untuk menyadari
Bahwa kita adalah sebuah potret cinta
Yang diukir dalam sebuah bingkai

Bagaimana mungkin
Sekelompok pepohonan,sekelompok burung,sekelompok awan dan sekelompok yang lain
Dapat memperlihatkan sebuah keindahan?

"Kecuali hanya bila mereka bersatu."

Makrab ini, adalah momentum buat kita
Menyadari akan potret cinta yang selama ini kita jalin
Biarpun raga dan fisik nantinya akan berpisah
Tapi biarlah hati dan jiwa kita terus menyatu, selamanya..........


Sebuah kisah.

created by : W & A.
Disampaikan dalam Makrab Angkatan FHUI 2011 , 15-17 Maret 2013 di Villa Krakatau Surf, Anyer.

Rabu, 20 Februari 2013

Poligami Politik Pak Presiden


Oleh : Andi Aulia Rahman (Mahasiswa FHUI Angkatan 2011)

Status “gawat darurat” Partai Demokrat menghiasi media beberapa minggu terakhir ini. Berdasar kepada menurunnya elektabilitas Partai Penguasa ini, Majelis Tinggi Partai Demokrat akhirnya mengeluarkan 8 langkah penyelamatan partai. Singkatnya, langkah tersebut adalah dengan pengambilalihan kepemimpinan partai yang selama ini dipegang oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) yang dikomandoi oleh Ketua Umum Anas Urbaningrum  kepada Majelis Tinggi Partai Demokrat.

Namun, langkah penyelamatan tersebut mengundang reaksi yang sangat keras dari berbagai kalangan, baik itu para pengamat politik, politisi bahkan dari masyarakat luas. Reaksi tersebut bukan karena adanya langkah penyelamatan Partai Demokrat yang dilakukan oleh Majelis Tingginya, melainkan reaksi yang dimaksud adalah dikarenakan langkah penyelamatan tersebut dikomandoi oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Ketua Majelis Tinggi yang juga merupakan Presiden RI. Presiden kita.


Ujung-ujungnya rakyat juga yang kena imbasnya. Rakyat kini menjadi cemas dan bertanya-tanya : Bagaimana kemudian prioritas kinerja seorang SBY yang disatu sisi memegang kendali Majelis Tinggi dan di sisi lainnya sebagai Presiden RI hasil pilihan rakyat? Akankah SBY masih memikirkan rakyatnya ditengah berbagai persoalan politik,ekonomi,sosial budaya yang menghantam? Tentu saja, secara logis dapat dikatakan bahwa dengan turun langsungnya SBY mengurusi internal Partai Demokrat ini akan secara langsung mengganggu kinerjanya di Pemerintahan dan pada akhirnya, tingkat kepuasan rakyat kepada Pemerintah akan semakin menurun. Padahal, pemerintahan SBY tidak lama lagi akan berakhir, yakni kurang lebih sekitar 20 bulan lagi

Turun langsungnya SBY dalam mengurusi internal Partai Demokrat ini juga berimbas kepada turunnya kepercayaan publik kepada pemerintahan SBY. Pasalnya, beberapa bulan sebelum adanya keputusan pengambil alihan Partai Demokrat ini, SBY berpesan kepada  para menterinya yang nota bene adalah orang partai, bahkan beberapa diantaranya adalah Ketua Umum Partai, untuk lebih fokus pada kinerjanya sebagai  menteri. Pernyataan ini jelas sangat kontradiktif. Oleh karena itu, dampak yang juga akan muncul adalah adanya suri teladan yang negatif kepada para menteri. Pemimpin kabinetnya saja begitu. Ya begitulah kira-kira anggapan sang menteri. Tak mengherankan pula, jika dalam Survei yang dilakukan oleh Lingkaran Survey Indonesia (LSI) , dijelaskan bahwa 57,78 persen publik yang tidak puas dengan kinerja menteri-menteri di Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II hingga saat ini.

Atas fenomena ini, saya mendukung pendapat banyak pihak yang menganggap fenomena ini adalah bagian daripada “poligami politik” yang dilakukan oleh SBY. Layaknya seorang lelaki yang berpoligami, maka lelaki itu dituntut untuk berlaku adil dan membagi cintanya terhadap kedua isterinya. Tapi, bagi saya poligami itu tidak baik, susah untuk berlaku adil, dan pada akhirnya akan ada satu yang dikorbankan. Dan oleh karenanya, menurut saya, problematika ini akan dapat diselesaikan dengan cara SBY haruslah fokus memilih satu diantara dua tugas berat ini. Kalaupun pada akhirnya harus memilih untuk fokus mengurusi internal Partai, SBY harus melakukan cuti dari jabatannya sebagai Presiden. Mekanisme cuti ini dapat dilihat dari kasus yang terjadi di beberapa negara yakni Presiden Ekuador yang cuti karena fokus kampanye partai ataupun Obama yang pernah cuti untuk liburan.

Akan tetapi, sebagai negarawan, tentu rakyat sangat menyarankan agar SBY tidak memilih hal diatas (mengurusi partai) melainkan lebih memilih untuk fokus pada kinerjanya sebagai seorang Presiden.  Tidak bisa dpungkiri bahwa Indonesia saat ini membutuhkan kinerja pemerintahan yang lebih fokus dalam mengurusi rakyat dan salah satu caranya adalah kepemimpinan yang kuat melalui komando seorang Presiden.

Sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan yang sedang mengemban amanah besar dari rakyat, tentu saja SBY sudah selayaknya memfokuskan diri untuk mengurusi kepentingan rakyat. Bukankah sejatinya, setelah  seseorang diangkat menjadi  Presiden , maka seketika itulah amanah untuk membangun bangsa ini melalui kinerja yang maksimal diembannya?

Semoga SBY lekas sembuh dari “poligami politik” ini.  

sumber gambar : www.google.com

Rabu, 06 Februari 2013

Pidato Perpisahan di Wisuda SMAN 28 Jakarta - 2011


Kawan, sedikit mau share rekaman pidato sewaktu mewakili angkatan 2011 dalam Wisuda Perpisahan SMAN 28 Jakarta Tahun 2011 :) Yeah, almost 2 years ago


#Part1


#Part2


Sebagian foto kenangan selama di 28 :


Keluarga OSIS MPK SMAN 28 Jakarta Periode 2009-2010 "Pratiksa"


Keluarga Pratiksa :D hahaha


Tetris ! Ten Three in Style (Kelas X.3)


Alhamdulillah, dpt Juara 1 Lomba Pengetahuan Hukum Antar Pelajar :)


Keluarga IPS 28-2011




Hahaha, ini H-1 Bulan Ujian Nasional 2011 


Alhamdulillah, Juara III Lomba Cerdas Cermat MPR-RI (@ TVRI)



Diskusi tentang "Pengelolaan Sampah" , di TVRI 


Tim Mini Soccer 28  


THIS!!!! ROHIS AL-FATIH 2011


Senin, 04 Februari 2013

Nothing's Gonna Change My Love For You


If I had to live my life without you near me
The days would all be empty
The nights would seem so long
With you I see forever oh so clearly
I might have been in love before
But it never felt this strong
Our dreams are young and we both know
They'll take us where we want to go
Hold me now
Touch me now
I don't want to live without you

Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I'll never ask for more than your love
Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
The world may change my whole life through
But nothing's gonna change my love for you

If the road ahead is not so easy
Our love will lead the way for us
Like a guiding star
I'll be there for you if you should need me
You don't have to change a thing
I love you just the way you are
So come with me and share the view
I'll help you see forever too
Hold me now
Touch me now
I don't want to live without you

Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I'll never ask for more than your love
Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
The world may change my whole life through
But nothing's gonna change my love for you
Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I'll never ask for more than your love

Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I'll never ask for more than your love
Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
The world may change my whole life through
But nothing's gonna change my love for you
Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I'll never ask for more than your love

Selasa, 22 Januari 2013

Buah dari Kebaikan Hati : "Jodoh yang Baik"

Sedikit akan berbagi sebuah kisah inspiratif dari seorang pemuda bernama Said bin Ibrahim.
Pada suatu ketika Said bin Ibrahim berjalan di sebuah perkampungan dan menemukan sebuah Jambu yang baru saja jatuh dari pohonnya. Seketika itu, Said bin Ibrahim pun memakan buah jambu itu sampai setengahnya. Setelah buah jambu itu tersisa setengahnya, Said bin Ibrahim pun tersadar bahwa yang dimakan itu adalah bukan miliknya. Seketika itu, Said bin Ibrahim merasa bersalah karena telah memakan sesuatu yang bukan haknya (miliknya).
Merasa telah memakan buah jambu yang bukan miliknya itu, Said bin Ibrahim pun berusaha menemui pemilik pohon jambu tersebut. Tak berapa lama kemudian, pemilik pohon jambu itu berhasil ditemui. Said bin Ibrahim pun mengajukan permohonan maaf kepada sang pemilik dan meminta untuk dihalalkan buah jambu yang telah masuk kedalam perutnya.
Sang pemilik, tidak serta merta mengabulkan permohonan maaf Said bin Ibrahim. Pun juga tidak serta merta menghalalkan setengah buah jambu yang telah masuk ke dalam perut Said bin Ibrahim. Sang pemilik bersedia memberi maaf dan menghalalkan buah jambu itu dengan satu persyaratan yaitu : Said bin Ibrahim harus bersedia menikahi anak gadis dari Sang pemilik jambu itu. Namun, sebelumnya, sang pemilik menjelaskan bahwa  anak gadisnya adalah seorang yang tuli, bisu, buta dan lumpuh.
Mendengar persyaratan tersebut, Said bin Ibrahim pun terkejut. Pertanyaan yang menghantuinya adalah bagaimana mungkin ia menikahi seorang gadis yang tuli, bisu, buta dan lumpuh? Namun, karena merasa perbuatannya yang telah memakan sesuatu yang bukan miliknya dapat diganjar neraka oleh Allah Swt, dan atas dasar rasa takut kepada Allah Swt, maka Said bin Ibrahim pun menyanggupi persyaratan sang pemilik jambu tersebut.
Akhirnya, pada saat itu juga dihadirkanlah 2 orang saksi dan diadakan pula mahar untuk menjalankan proses ijab-qobul. Akhirnya, Said bin Ibrahim dan Anak Gadis Sang pemilik Jambu pun resmi sebagai pasangan suami-isteri. Mertuanya (sang pemilik pohon jambu) pun menyuruh Said bin Ibrahim mendatangi isterinya.
Said bin Ibrahim pun mendatangi isterinya yang telah menunggu di dalam kamar. Ketika memasuki kamar isterinya, Said bin Ibrahim pun mengucapkan salam dan seketika itu dijawab oleh isterinya dengan jawaban salam pula. Sang isteri yang memakai cadar tersebut pun melangkahkan kaki ke arah Said bin Ibrahim. Namun, belum sampai sang isteri di hadapannya, Said bin Ibrahim pun segera kembali ke mertuanya dan bertanya, kenapa sebelumnya disebutkan bahwa sang isteri adalah gadis yang tuli, bisu, buta dan lumpuh padahal sang gadis bisa menjawab salam-nya dan berjalan kearah-nya?
Akhirnya, sang mertua menjelaskan hal-hal berikut kepada Said bin Ibrahim :
1. Saya bilang dia Tuli karena anakku tidak pernah mendengar omongan-omongan yang tidak bermakna.
2. Saya bilang dia Bisu karena anakku tidak pernah berkata sesuatu yang sia-sia.
3. Saya bilang dia Buta karena anakku tidak pernah melihat sesuatu yang tidak bermanfaat.
4. Saya bilang dia Lumpuh karena anakku tidak  pernah berjalan dan melangkahkan kaki ke tempat-tempat maksiat.
Seketika itu, Said bin Ibrahim pun mengerti makna dari kejadian-kejadian yang telah ia lalui sebelumnya. Ia percaya bahwa ini adalah bagian dari karunia Allah Swt yang memberikan dia hadiah (jodoh) yang baik karena kebaikan hatinya
Akhirnya, kedua insan tersebut membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah dan dikaruniai anak yang salah satunya adalah : Abu Hanifah, yang kemudia kita kenal sebagai salah satu Imam Mazhab (Mazhab Hanafi).

Semoga bermanfaat. @andiauliar

sumber gambar : http://ri32.wordpress.com

Senin, 21 Januari 2013

Minggu, 20 Januari 2013

Berani Memilih, Berani Bertanggung Jawab


Ketika saya membaca buku biografi politik Akbar Tandjung, saya terusik dengan sebuah ajaran kehidupan yang Akbar Tandjung berikan kepada anak-anaknya, yaitu : “Terhadap suatu hal yang kita pilih, kita harus bertanggung jawab atas apa yang menjadi konsekuensi dari pilihan tersebut”. Atau mungkin dengan kata lain “Berani memilih, berani bertanggung jawab”.


Dalam hidup kita, sering kali atau bahkan setiap saat kita selalu dihadapkan pada sebuah pilihan. Pilihan-pilihan hidup itu membuat kita merasa sulit yang kemudian menjadikan kita berada dalam suatu titik bernama kebingungan. Namun, pada akhirnya toh kita tetap harus memilih pilihan-pilihan hidup yang tersaji dihadapan kita itu.


Dalam perjalanan hidup kita dalam menentukan pilihan-pilihan hidup, kita tidak sendiri. Terkadang, bahkan setiap saat, sebelum kita memutuskan suatu pilihan hidup, kita berkonsultasi dengan orang tua, sahabat, dan orang-orang yang kita percaya. Dalam konsultasi itu, seringkali muncul saran dari orang tua, sahabat, dan orang-orang yang kita percaya tersebut yang terkesan mengarahkan kita pada suatu pilihan. Ya, sekali lagi bahwa hasil konsultasi tersebut terkadang terkesan mengarahkan kita pada suatu pilihan. Apakah ini sebuah masalah? Tidak!. Karena pada hakikatnya, kita harus mampu untuk menjadikan  semuanya itu kembali kepada diri kita sendiri. Artinya, dalam memutuskan pilihan mana yang kita ambil , tidak boleh ada paksaan dari pihak manapun (orang tua, sahabat ataupun orang yang kita percaya).


Atas putusan yang kita ambil tersebut, maka kita harus siap menghadapi segala macam konsekuensi. Kita harus bertanggung jawab atas pilihan kita.  Inilah yang saya sebut diatas dengan : “Berani Memilih, Berani Bertanggung Jawab”. 


sumber : www.google.com
Namun, dalam kehidupan kita sehari-hari, kadang kita terjebak pada suatu pemahaman bahwa ketika kita memilih akan ada penyebabnya. Misalkan, ketika kita menjatuhkan pilihan A karena disebabkan oleh sesuatu B (bisa karena sesuatu kondisi, ajakan orang lain, dll). Tapi karena pilihan A itu merugikan atau paling tidak ada hal yang tidak kita senangi setelah memilih A, kita kemudian berpikir untuk mungkin menyalahkan atau menyesali sesuatu B itu (menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain, dll).  Hal-hal seperti ini yang masih terkadang berada dalam pikiran kita, pun saya, terkadang masih berpikiran akan hal itu.


Inilah problematika kehidupan yang seakan belum bisa hilang dari manusia, belum berani bertanggung jawab akan pilihan-pilihan hidup yang kita tentukan. Kadang kita mengeluh, kadang juga kita menyalahkan keadaan. Bagi saya, itu fitrah manusia, tapi, sampai kapan kita harus terus mengeluh? Sampai kapan kita harus terus menyalahkan keadaan ketika pilihan-pilihan yang kita jatuhkan sendiri itu tidak memberi efek positif dalam kehidupan kita?


Tidak berguna kita menyesali pilihan yang kita ambil. Life must go on! Yang harus kita lakukan adalah mengambil pilihan yang terbaik. Hidup pun ada di tangan kita sendiri. Apapun hasilnya, apapun resikonya, itu adalah buah dari pilihan yang kita jatuhkan sendiri.


“So, berani memilih, berani bertanggung jawab “. Jangan lupa untuk selalu menyertakan Allah Swt dalam  setiap keputusan yang kita ambil. Semoga ini memberi hikmah untuk kita semua J


Minggu, 25 November 2012

Mendobrak Kebisuan dengan Keberanian

Bagaimana kita bisa mencintai sesama kalau kita diam. Kalau kita diam dan merasakan diri kita NETRAL, nggak berbuat apa-apa, maka sebetulnya secara tidak langsung kita telah ikut menindas rakyat. Karena dengan diam, kita menopang kekuasaan.

Dalam masyarakat yang diam sebetulnya hal yang paling utama untuk dilakukan adalah mendobrak kediaman/kebisuan dengan contoh-contoh keberanian. Dan yang terpenting ditunjukkan adalah mengajarkan keberanian.

- Pius Lustrilanang, "Menolak Bungkam" -

Jumat, 16 November 2012

Nasihat untuk Seorang Pemimpin

Kisah ini diambil dalam Buku "Agar Allah Selalu Memberi Jalan Keluar" karya Abu Firly Bassam Thaqiy

Adalah Ali Syaqiq bin Ibrahim Al Azdi yang hidup di daerah Balkh pada kurun abad ke 8 M. Selain berdagang, ia ikut berperang juga di medan jihad.

Suatu waktu, ia menunaikan ibadah haji ke Makkah. Dalam perjalanannya ke Ka'bah dia singgah di Baghdad dan bertemu dengan Khalifah Harun Al-Rasyid di Istana Raja.

"Wahai Syaqiq, berilah aku nasihat!" sahut Khalifah. Syaqiq pun mulai memberikan nasihatnya.

"Allah Yang Maha Besar telah memberimu kedudukan Abu Bakar dan Dia menghendaki kesetiaan darimu. Allah memberimu kedudukan Umar yang dapat membedakan kebenaran dan kepalsuan, maka Dia menghendaki hal yang sama darimu. Allah memberimu kedudukan Utsman yang memiliki kesederhanaan dan kemuliaan. Allahpun juga memberimu kedudukan Ali yang Dia berkahi dengan kebijaksanaan dan sikap adil, maka bijaksana dan adillah"

Khalifah tampak sungguh-sungguh mendengarkan uraian Syaqiq; Lanjutkan," pinta sang khalifah.

"Allah mempunyai tempat yang diberi nama neraka. Ia mengangkatmu menjadi penjaganya dan mempersenjataimu dengan 3 hal, kekayaan, pedang dan cemeti untuk mengusir mereka dari neraka. Jika ada yang datang meminta pertolonganmu, janganlah bersikap kikir (kekayaan). Jika ada yang menentang perintah Allah, perbaikilah dirinya dengan cemeti. Dan jika ada yang membunuh saudaranya, tuntutlah pembalasan yang adil dengan pedang itu," lanjut Syaqiq.

"Tambah lagi," desak Raja Harun Al Rasyid.

"Engkau adalah sebuah telaga dan anak buahmu adalah anak sungainya. Apabila telaga itu airnya bening, maka niscaya tidak akan keruh anak-anak sungai itu. Namun apabila telaga itu keruh, bagaimana mungkin anak-anak sungai akan bening?"

"Teruskan," seru Raja Harun Al Rasyid penasaran.

"Seandainya engkau hampir mati kehausan di tengah padang pasir dan pada saat itu ada seseorang menawarkan segelas air, berapakah harga yang berani engkau bayarkan untuk mendapatkan air itu?" tanya Syaqiq kepada Raja Harun Al Rasyid.

"Aku akan memberikan setengah dari kerajaanku," jawab sang Khalifah dengan mantap.

"Kemudian andaikan pula air yang telah engkau minum itu tidak dapat keluar dari tubuhmu sehingga engkau terancam binasa, maukah engkau menyerahkan kerajaanmu yang separuhnya lagi untuk mendapatkan kesembuhan?" tanya Syaqiq lebih lanjut.

"Akan kuterima tawaran itu," tegas Raja Harun Al Rasyid.

"Maka mengapa engkau membanggakan diri dengan sebuah kerajaan yang harganya hanya segelas air yang engkau minum lantas engkau keluarkan lagi?"

Mendengar nasihat itu, khalifah pun menangis. Tak lama kemudian, ia melepas kepergian Syaqiq dengan penuh kehormatan