Ketika saya membaca buku biografi politik Akbar Tandjung,
saya terusik dengan sebuah ajaran kehidupan yang Akbar Tandjung berikan kepada
anak-anaknya, yaitu : “Terhadap suatu hal yang kita pilih, kita harus
bertanggung jawab atas apa yang menjadi konsekuensi dari pilihan tersebut”.
Atau mungkin dengan kata lain “Berani memilih, berani bertanggung jawab”.
Dalam hidup kita, sering kali atau bahkan setiap saat kita
selalu dihadapkan pada sebuah pilihan. Pilihan-pilihan hidup itu membuat kita
merasa sulit yang kemudian menjadikan kita berada dalam suatu titik bernama
kebingungan. Namun, pada akhirnya toh kita tetap harus memilih pilihan-pilihan
hidup yang tersaji dihadapan kita itu.
Dalam perjalanan hidup kita dalam menentukan pilihan-pilihan
hidup, kita tidak sendiri. Terkadang, bahkan setiap saat, sebelum kita memutuskan
suatu pilihan hidup, kita berkonsultasi dengan orang tua, sahabat, dan
orang-orang yang kita percaya. Dalam konsultasi itu, seringkali muncul saran
dari orang tua, sahabat, dan orang-orang yang kita percaya tersebut yang
terkesan mengarahkan kita pada suatu pilihan. Ya, sekali lagi bahwa hasil
konsultasi tersebut terkadang terkesan mengarahkan kita pada suatu pilihan.
Apakah ini sebuah masalah? Tidak!. Karena pada hakikatnya, kita harus mampu
untuk menjadikan semuanya itu kembali
kepada diri kita sendiri. Artinya, dalam memutuskan pilihan mana yang kita
ambil , tidak boleh ada paksaan dari pihak manapun (orang tua, sahabat ataupun
orang yang kita percaya).
Atas putusan yang kita ambil tersebut, maka kita harus siap
menghadapi segala macam konsekuensi. Kita harus bertanggung jawab atas pilihan
kita. Inilah yang saya sebut diatas
dengan : “Berani Memilih, Berani Bertanggung Jawab”.
sumber : www.google.com |
Namun, dalam kehidupan kita sehari-hari, kadang kita
terjebak pada suatu pemahaman bahwa ketika kita memilih akan ada penyebabnya.
Misalkan, ketika kita menjatuhkan pilihan A karena disebabkan oleh sesuatu B
(bisa karena sesuatu kondisi, ajakan orang lain, dll). Tapi karena pilihan A
itu merugikan atau paling tidak ada hal yang tidak kita senangi setelah memilih
A, kita kemudian berpikir untuk mungkin menyalahkan atau menyesali sesuatu B
itu (menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain, dll). Hal-hal seperti ini yang masih terkadang
berada dalam pikiran kita, pun saya, terkadang masih berpikiran akan hal itu.
Inilah problematika kehidupan yang seakan belum bisa hilang dari
manusia, belum berani bertanggung jawab akan pilihan-pilihan hidup yang kita
tentukan. Kadang kita mengeluh, kadang juga kita menyalahkan keadaan. Bagi
saya, itu fitrah manusia, tapi, sampai kapan kita harus terus mengeluh? Sampai
kapan kita harus terus menyalahkan keadaan ketika pilihan-pilihan yang kita
jatuhkan sendiri itu tidak memberi efek positif dalam kehidupan kita?
Tidak berguna kita menyesali pilihan yang kita ambil. Life
must go on! Yang harus kita lakukan adalah mengambil pilihan yang terbaik.
Hidup pun ada di tangan kita sendiri. Apapun hasilnya, apapun resikonya, itu
adalah buah dari pilihan yang kita jatuhkan sendiri.
“So, berani memilih, berani bertanggung jawab “. Jangan lupa
untuk selalu menyertakan Allah Swt dalam
setiap keputusan yang kita ambil. Semoga ini memberi hikmah untuk kita
semua J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar